SERATUSNEWS.ID, PAREPARE — Ilham Arief Sirajuddin (IAS), dalam beberapa hari terakhir ini kembali melakukan tour ke beberapa wilayah di Sulawesi Selatan (Sulsel), untuk bersilaturahmi dengan sejumlah penduduknya.
Politisi Partai Golkar itu, juga disebut-sebut akan maju di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulsel pada tahun 2024 mendatang.
Saat dikonfirmasi adanya dua tokoh yang akan maju di Pilgub Sulsel dari Partai Golkar, IAS menjelaskan Golkar tidak ada ‘pemegang kunci’ harus ada mekanismenya.
“Kelebihannya Golkar itu tidak ada pemegang kunci, ada mekanismenya,” katanya saat ditemui awak media di Warkop 588 Parepare, pada Sabtu (2/7/2022) malam.
Politisi Senior Sulsel itu juga menyebutkan, dirinya telah melakukan komunikasi dengan Ketua DPD I Partai Golkar Sulsel, Taufan Pawe, untuk tidak berpikir soal gubenur untuk sementara waktu.
“Makanya saya tanya Pak Taufan Pawe, tidak usah berpikir tentang Gubernur ke depan, karena kebetulan saya punya modal investasi politik terbangun sejak di tahun 2013 kurang lebih 1,7 juta orang memberikan dukungan,” kata Mantan Wali Kota Makassar itu.
Dia juga menegaskan, jika dirinya melakukan kunjungan ke daerah-daerah telah menjadi kebiasaannya untuk menjaga hubungan emosional dengan sesama pendukungnya.
“Kalau saya silaturahmi, itu sudah menjadi tradisi. Ada kepentingan politik atau tidak ada, pasti saya sambangi orang, temui tokoh itulah karakterku. Ada kepentingan baru ketemu orang dan tanpa kepentingan pun saya akan mampir. Itulah membuat tingkatan silaturahmi saya, ikatan emosional menjadi kuat. Kalau ada kepentingan mereka akan memberikan supportnya,” jelas IAS.
Politisi yang baru hijrah ke partai berlambang pohon beringin itu juga mengatakan, dari dulu dirinya telah melakukan kunjungan ke daerah-daerah untuk ngopi bersama sembari berdiskusi.
“Dari dulu saya kemana-kemana, seperti saya ke Parepare ada urusan atau tidak ada, pasti saya samperin teman-teman, paling tidak ngopi-ngopi. Tidak susah itu silaturahmi karena tidak dibayar, dan malah gratis,” kata IAS.
Dia juga sesalkan jika ada lawan politik berpandangan dianggap lawan, karena menurut IAS, berpolitik itu tidak boleh ada musuh.
“Susah kalau seorang pemimpin, persoalan begini berbeda pandangan dan dianggap lawan. Politik itu tidak boleh ada musuh, politik itu kepentingan, bagaimana orang baik sama kita karena pada akhirnya yang kita butuhkan dukungan mereka,” tegas IAS. (hsl/ag)Â